Mengenal Potensi sebagai Orang Tua
Design by canva |
"Kalau semua selesai dengan minta maaf, lalu buat apa ada polisi?" - Dialog karakter Goo Jun Pyo dalam drakor Boys Before Flowers ini membuat saya sadar kalau kita harus berusaha berbuat baik kepada sesama. Oleh karena itu, sebagai orang tua saya mulai membiasakan anak-anak untuk berbuat baik.
Anak adalah cerminan orang tuanya. Kata-kata itu begitu tergiang dalam benak saya. Jika ingin memiliki anak yang berkata baik, maka terlebih dahulu haruslah menjadi orang tua yang baik.
Assalamualaikum sahabat lithaetr, mari masuki dunia parenting, inspirasi, dan hiburan (musik, film, buku, dan drama Korea).
Setelah mengenal potensi diri sebagai manusia, yang memiliki kecenderungan untuk berbuat baik maupun buruk, maka kota perlu membekali dan membiasakan diri untuk terus menerus berbuat baik. Mengetahui potensi kebaikan dan keburukan di dalam diri manusia ini sesungguhnya dimaksudkan agar kita semakin paham kalau menuntut ilmu, membina diri, dan melakukan kebaikan-kebaikan harus dilakukan secara terus menerus, agar tercipta karakter dan kebiasaan berperilaku baik. Dengan demikian, sudah sebaiknya kita memiliki pengetahuan tentang kebaikan. Lalu, dari mana dan atas dasar apa kita menilai serta mengetahui bahwa sesuatu atau suatu perkara itu merupakan kebaikan atau sebaliknya?
Sebagai seorang muslim, sudah pasti kita kembalikan suatu perkara itu kepada Al-Quran dan hadist. Mengetahui serta menilai suatu perkara berdasarkan tuntunan firman Allah Swt. dan sabda Rasulullah Saw. adalah cara yang paling utama. Sebab apa yang dinyatakan oleh Al-Quran dan hadist pastilah sebuah kebaikan. Misalkan perkara-perkara seperti bersedekah, tolong menolong, bersikap jujur, dan rendah hati, baik dalam Al-Quran maupun hadist, adalah sebuah kebaikan. Sementara perkara-perkara seperti kikir, bohong, sombong, adalah keburukan.
Mengetahui hal-hal sederhana seperti itu merupakan sesuatu yang penting, sebab boleh jadi ada di antara kita yang setiap hari melakukan kebaikan tertentu, akan tetapi menganggap bahwa yang dilakukannya itu bukanlah bagian dari perintah agama. Padahal apa pun yang kita lakukan sebenarnya selalu berkaitan dengan perintah agama dan akan dimintakan pertanggung jawabannya. Sama halnya bila kita bekerja sesuai profesinya seperti bekerja menjadi guru, dosen, pegawai negeri, karyawan swasta, dokter, buruh, petani, nelayan, dan lain-lain, adalah merupakan bagian dari ibadah dan menjalankan salah satu perintah Allah Swt. dan Rasul-Nya.
Yuk, mari kita simak penjelasannya lebih jauh sahabat.
Terkait kita bekerja juga bagian dari perintah agama, sudah tertuang dalam Al-Quran surah At-Taubah ayat 105, “Dan katakanlah, ‘Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu...”
Oleh karena itu sebagai orang tua pekerjaan mendidik, menafkahi, dan menyekolahkan anak-anak merupakan bagian dari pelaksanaan ajaran Allah dan Rasul-Nya. Terkait perkara menafkahi ini terdapat dalam sebuah hadist, Rasullah bersabda, “Jika seorang muslim menafkahi keluarganya dan mengharap pahala dari Allah, ia akan mendapatkan pahala sedekah.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Menurut DR. Khalid Ahmad Syantut, pendidikan islami ini dimulai sejak fase pencarian pasangan yang baik agamanya. Kemudian, berlanjut hingga mendidik anak-anak secara islami. Menafkahi dan mendidik anak-anak adalah amalan yang mulia. Perjuangan dan pengorbanan tersebut tidak mungkin bisa dibalas dengan apa pun dan oleh siapa pun kecuali pahala dari Allah Swt. Dengan amalan tersebut, Allah akan mengampuni dosa-dosa kita, bahkan meninggikan derajat kita di sisi-Nya.
Penjelasan itu terasa pas dengan cerita di bab awal tentang 2 sosok idola yaitu Salahuddin al-Ayyubi dan Muhammad al-Fatih, di mana orang tua mereka dipertemukan Allah karena memiliki visi dan misi yang sama dalam hal mendidik anak, agar menjadi pahlawan besar Islam. Kemudian setelah menikah dan memiliki anak, orang tua Salahuddin al-Ayyubi dan Muhammad al-Fatih mencarikan guru yang bisa bersinergi dalam mendidik anaknya agar impian memiliki anak yang menjadi pahlawan besar Islam, semakin dekat dan bisa terwujud. Sebab sebaik-baiknya perhiasan dunia adalah pemuda dan pemudi yang dapat melindungi akidahnya dan kehormatannya.
Itulah mengapa sebagai orang tua berkewajiban mendidik anak-anaknya, dan bagaimana cara kita mendidik inilah yang akan dipertanggung jawabkan dihadapan Allah Swt. Sehubungan dengan hal ini terdapat dalam hadist, Rsulullah bersabda, “Masing-masing kalian adalah pemimpin yang akan dimintai pertanggung jawaban atas apa yang kalian pimpin. Penguasa adalah seorang pemimpin yang dimintai pertanggung jawaban atas rakyatnya. Laki-laki adalah pemimpin keluarganya. Ia akan dimintai pertanggung jawaban atas keluarganya. Seorang wanita juga pemimpin di rumah suaminya. Ia akan dimintai pertanggung jawaban atas rumah suaminya tersebut.” (HR. Bukhari)
Dalam hadist lain Rasullah juga bersabda, “Sesungguhnya Allah akan bertanya kepda setiap pemimpin tentang amanat yang telah Allah titipkan kepadanya. Apakah ia jaga atau ia sia-siakan.” (HR. An-Nasai)
Apa sih definisi pemimpin? Dijelaskan oleh Imam Nawawi, pemimpin adalah orang yang paling dipercaya dalam memegang teguh amanat dan menjaga semua yang menjadi tanggung jawabnya. Maka, amanat kita sebagai orang tua adalah anak-anak. Ibnul Qayyim menegaskan bahwa pada hari kiamat, Allah akan bertanya kepada setiap anak tentang orang tuanya. Kewajiban para orang tua untuk berbuat baik kepada anaknya akan dipertanggung jawabkan terlebih dahulu di hadapan Allah sebelum kewajiban anak untuk berbakti kepada orangtuanya.
Berdasrkan penjelasan-penjelasan tersebut, sebagai orang tua kita diharapkan untuk mengutamakan adab terlebih dahulu. Jika sudah adab atau membiasakan bersikap baik, kemudian carilah ilmu agar selalu menjadi lebih baik lagi. Melakukan kebiasaan secara terus menerus inilah yang nanti akan menjadi kebiasaan dan bisa diturunkan kepada anak-anak nantinya.
Semoga kita sebagai orang tua bisa diberikan kemudahan dalam mendidik, mendampingi, dan memberikan contoh yang baik bagi anak-anaknya. Membiasakan kebiasaan baik kepada anak-anak juga menjadi perjuangan kita sebagai orang tua.
Betul sekali yang lebih utama kita butuhkan memang akhlak yang baik ya. Ilmu tanpa akhlak bisa disalahgunakan. Tapi kalau sudah tertanam akhlak, ilmu yg ada bisa dimanfaatkan dgn baik, insya Allah.
BalasHapusBetul, Bun. InsyaAllah jika sudah ada adab dan akhlak, kita akan lebih bisa menggunakan ilmu dengan bijak. Semoga kita bisa dimudahkan dalam mendidik serta mendampingi anak-anak ya, Bun, aamiin.
Hapus