3 Pelajaran dari Tumbuh Kembang Rasulullah dari 6 Tahun hingga Remaja
design byk canva |
Allah Swt. berfirman dalam Alquran surah Al-Ahzab ayat 21, "Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah."
Dari ayat itulah, kita sudah diingatkan untuk selalu menjadikan Rasulullah atau Nabi Muhammad Saw. sebagai idola kita.
Assalamualaikum sahabat lithaetr, mari masuki dunia parenting, inspirasi, dan hiburan (musik, film, buku, dan drama Korea).
Mengambil pembelajaran dari tumbuh kembang Rasulullah Saw ini begitu menarik. Ada berbagai pendapat dari para ulama. Salah satunya, kesempurnaan kepribadian Rasulullah atau Nabi Muhammad Saw. itu semata-mata karena perlindungan Allah Swt. terhadap diri beliau.
Cendikiawan Muslim, Prof. Dr. Quraish Shihab, dalam buku 'Rasulullah Sang Pendidik', menjelaskan, "Diantara para pakar ada pendapat yang menyatakan bahwa pada umumnya, faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan kepribadian seseorang adalah ayah, ibu, sekolah atau bacaan, dan lingkungan. Tapi dalam kehidupan Rasulullah Saw., tidak ada satupun dari keempat faktor tersebut yang mempengaruhi atau menyentuh kepribadian beliau. Kesempurnaan kepribadian beliau adalah karena perlindungan Allah. Dalam rangka perlindungan itulah, maka Allah Swt. membebaskan beliau dari keempat faktor tersebut, karena Allah-lah yang berkehendak membentuk kepribadian rasul-Nya. Hal itu dapat kita pahami dari sabda beliau, "Tuhan-ku mendidik ku, sehingga Dia mendidik ku dengan sebaik-baiknya."
Itulah sebabkan beliau dilahirkan dalam keadaan yatim. Walaupun ibunda Rasulullah hidup hingga beliau berusia 6 tahun, tapi karena tradisi bangsa Arab saat itu, Muhammad kecil tidak diasuh dan dididik oleh ibunya, namun beliau dibesarkan dan dididik di keluarga sederhana Halimah di pedesaan. Jauh dari hingar bingar kehidupan kota Mekkah. Oleh karena itu, kita juga bisa mengambil pelajaran dari tumbuh kembang Rasulullah saat balita, di tulisan sebelumnya.
Sekarang, mari kita mengambil pelajaran dari tumbuh kembang Rasulullah dari usia 6 tahun hingga remaja, yang ditulis oleh Penulis Irawati Istadi, dalam bukunya ‘Melipatgandakan Kecerdasan Emosi Anak’. Beliau menulis bagaimana proses tumbuh dan kembang emosi Nabi dan Rasulullah Saw. dari kecil hingga dewasa. Gambaran yang diberikan olehnya akan mampu membuat kita para orang tua langsung bisa belajar dan mengambil hikmah dari tumbuh kembang emosi Rasulullah Muhammad Saw.
Mau tahu pelajaran apa yang bisa kita ambil? Tetap simak terus tulisannya di sini, ya.
Menginjak usia 6 tahun, Muhammad kecil sudah harus kehilangan sosok ibunda tercinta selamanya. Dalam suasana yang begitu tragis, yaitu dalam perjalanan pulang seusai ziarah ke makam ayahandanya. Ibu Muhammad meninggal di tengah perjalanan antara Madinah dan Makkah. Sehingga Muhammad kecil harus melanjutkan perjalanan pulang hanya dengan pengasuhnya saja yang bernama Ummu Aiman.
Apakah kita, bisa merasakan bagaimana perasaan Rasulullah? Namun kiranya Allah sudah merancang hidup Muhammad, semua peristiwa yang terjadi dalam hidup Baginda Nabi ditujukan dalam rangka mendidik dan mengembangkan kepribadiannya dengan optimal. Karena Muhammad akan menjadi seorang pemimpin umat maka dia harus menjadi orang yang istimewa dan unggul.
Dikarenakan tak ada yang mampu menolong, Rasulullah pun pada akhirnya dengan terpaksa harus mengelola dan menghentikan kesedihannya sendiri. Dari keterpaksaan itulah beliau menjadi pandai mengelola emosinya sejak kecil. Saat menghadapi rasa marah, sedih, takut, dan emosi-emosi negatif lain, segera bisa Muhammad atasi dengan baik. Dari kercedasan pengelolaan emosi inilah yang menjadi bekal beliau untuk tegar bertahan menghadapi masa-masa sulit dalam memperjuangkan Islam.
Setelah itu Nabi Muhammad dibesarkan oleh pamannya, yang bernama Abu Thalib. Keluarga Abu Thalib memiliki banyak anak, sehingga hidup bersama pamannya, kembali membuatnya hidup sangat sederhana. Masalah himpitan ekonomi yang dialami keluarga pamannya, membuat Muhammad harus kembali membantu mencari nafkah dengan menggembalakan kambing-kambing milik orang lain. Hari-hari yang beliau lalui sungguh berat. Ia harus menghadapi kerasnya alam seperti teriknya panas matahari di gurun, sepi yang mencekam, serta ancaman serangan binatang buas. Semua hal itu harus beliau lalui di usia yang masih belia. Di saat anak-anak yang seusia beliau memperoleh keceriaan ketika bermain, justru Muhammad kecil harus berjuang mencari nafkah. Namun karena hal tersebut justru membuat Rasulullah tumbuh menjadi orang yang tegar, tabah, dan tak mudah khawatir, serta tidak gampang ketakutan.
Masa remaja Nabi Muhammad, juga bukanlah dipergunakan untuk bersenang-senang. Di samping beliau tetap menggembala kambing untuk pamannya, ia juga memulai membantu Abu Thalib melakukan perjalanan jauh dan berat untuk berdagang. Sebuah perjalanan yang penuh risiko, namun sekali lagi Rasulullah berhasil dan mampu menjalaninya dengan baik. Selain itu, beliau pun juga bekerja membantu orang lain berdagang. Muhammad remaja harus menempuh perjalanan berat selama berbulan-bulan dan dengan risiko keselamatan yang minim pula.
Kisah demi kisah sejarah hidup Nabi Muhammad, dari sejak kecil hingga remaja, telah menempa kecerdasan emosinya menjadi jauh lebih matang dari perkembangan kecerdasan emosi teman-teman sebayanya. Ujian-ujian hidup seperti himpitan ekonomi, kurangnya kasih sayang, kerasnya kehidupan, kesendirian, dan beratnya tanggung jawab telah mendidik kecerdasan Rasulullah untuk terbiasa tegar menghadapi semua tantangan tersebut. Tak pernah beliau mengeluh dan menyalahkan takdir, semua Rasulullah hadapi dengan lapang dada.
Berbagai jenis kesulitan hidup sudah Nabi Muhammad lalui, sehingga membuatnya peka dan mengerti terhadap apa yang dirasakan oleh orang lain yang mengalami kesulitan serupa. Perasaannya yang begitu lembut, membuat dia lebih berhati-hati dalam bersikap, berbicara, dan ketika menanggapi emosi orang lain. Dari paparan tersebut Irawati Istadi berkesimpulan, kehidupan Rasulullah yang dipenuhi cobaan hidup membuatnya tumbuh menjadi orang yang memiliki kecerdasan emosi yang tinggi. Nabi Muhammad tumbuh menjadi orang yang mandiri, sabar, tabah, empati, ulet, tanggung jawab, jujur, dan suka menolong.
Itulah kisah masa kecil hingga remaja Nabi Muhammad, semoga kita sebagai orang tua bisa mengambil pelajaran dan hikmah di dalamnya. Setelah mengetahui tumbuh kembang Rasulullah, kira-kira sebagai orang tua apa yang harus kita lakukan di era teknologi seperti ini ya? Ternyata seorang penulis bernama Al-Ustadz Muhammad Rusli Amin juga mengemukakan pendapatnya tentang rahasia-rahasia pendidikan karakter Rasulullah Saw. semoga semakin meyakikan kita agar bisa memulai melakukan kegiatan-kegiatan positif agar timbul kebiasaan-kebiasaan yang baik dalam diri anak-anak.
Melihat kisah Rasulullah di atas, penulis mencoba merangkum 3 pelajaran yang bisa kita ambil sebagai orang tua,
1] Belajar untuk menerima segala sesuatunya itu milik Allah Swt. dan sewaktu-waktu Allah bisa mengambilnya
Kehilangan ibu di usia belia dan kehilangan kakek tercinta, membuat Rasulullah belajar menerima bahwa segala sesuatu di muka bumi ini hanyalah milik Allah semata dan sewaktu-waktu Allah juga bisa mengambilnya kembali. Hal inilah yang perlu kita ajarkan ke anak-anak, bahwa ada kehidupan lain setelah kematian dan setiap perbuatan kita akan dipertanggungjawabkan. Oleh karena itu, kita perlu juga memberitahu anak-anak, jika dalam keadaan sedih atau senang tidak boleh berlebihan-lebihan, sebab semuanya hanya titipan dari Allah Swt.
2] Belajar mengatur dan mengelola keuangan
Menginjak usia remaja Rasulullah sudah membantu pamannya berdagang dan dari situlah beliau belajar mengatur dan mengelola keuangan. Ilmu ini juga perlu diajarkan kepada anak-anak. Mereka perlu mengetahui bagaimana mengelola dan mengatur keuangan demi kebutuhan pribadinya.
3] Dalam hidup butuh perjuangan
Sejak dalam pengasuhan Halimah maupun pamannya, Rasulullah selalu memenuhi Akebutuhannya sendiri. Dari situ beliau belajar dalam hidup ini butuh perjuangan. Pelajaran ini perlu kita tanamkan kepada anak-anak. Dalam menggapai suatu hal, kita butuh berjuang.
Itulah 3 pelajaran yang bisa kita ambil dari kisah hidup Rasulullah. Sebenarnya masih banyak pelajaran yang dapat kita ambil dari beliau. Mau tahu apa saja itu? Silakan tetap ikutin tulisannya di blog ini atau di talitha-rahma.com, ya.
Generasi Z musti banget deh diajarin pelajaran yg nomor 3. Jangan jd generasi yg nunggu disuapin mestinya berjuang tanpa kenal lelah!
BalasHapusSetuju mbak. Saya pun sedang menerapkan hal ini ke anak-anak, hidup butuh berjuang, bersabar, dan berdoa. Semoga kita selalu dimampukan mendidik anak-anak dengan baik, ya mbak, aamiin
HapusAnakku sebentar lagi menginjak usia 7 tahun nih. Pas banget sedang mencari referensi bagaimana dulu kisah perjalanan Nabi termasuk cara beliau mengelola emosinya.
BalasHapusAlhamdulillah... Kita sama-sama belajar ya, Kak, dalam mendampingi tumbuh kembang anak, dengan cara terbaik, pastinya mendekatkan mereka untuk cinta dengan agamanya.
Hapus