3 Alasan Pentingnya Mengoptimalkan Fase Usia Dini |
Assalamualaikum sahabat lithaetr, mari masuki dunia parenting, inspirasi, dan hiburan (musik, film, buku, dan drama Korea).
Sudah disinggung oleh Alquran, kalau orang tualah yang bertanggung jawab terhadap pendidikan anak-anaknya. Kemudian pertanyaan yang timbul selanjutnya adalah kapan sih, waktu yang tepat dalam mendidik anak-anak? Yanti Tanjung, penulis buku 'Strategi Mendidik Anak Zaman Now', berpendapat, kepribadian Islam itu harus distimulasi sejak fase usia dini dan yang menstimulasinya haruslah kita, sebagai orang tuanya, terlebih dahulu sebelum yang lain, bukan pula digital.
Ia menegaskan, anak-anak usia dini butuh peletakkan fondasi yang kuat dalam basis aqidah Islamiyyah dan standar syariah dalam beramal. Tentunya ini membutuhkan konsentrasi, fokus, curah pikir, waktu dan tenaga, tidak bisa sambilan. Membuatkannya program belajar dalam stimulasi adalah pemberian terbaik bagi pendidikannya dan itu sebaik-baik pemberian. Memang, seberapa penting pengoptimalan pendidikan di fase usia dini ini? Tetap terusin bacaannya di sini, ya.
1] Pembentukan karakter, adab, serta moral
Pembentukan karakter, adab, dan moral |
Dalam buku Insaniyyatul Insaan, Psikolog Renee Dobo bercerita, “Aku tumbuh sehat, sukses, dan bahagia di Amerika. Tapi meski sudah 40 tahun di Amerika, aku tidak bisa melupakan kebiasaan masa kecilku saat di Perancis dulu. Di sanalah karakterku terbentuk dan karakter itu tidak akan mungkin hilang dari diriku.”
Ia melanjutkan, kenangan di usia dini itulah yang akan membentuk sifat dan karakter alami anak yang tidak mungkin diubah setelahnya. Ketika seorang anak mencapai usia tiga atau empat tahun, pola tingkah lakunya sudah terbentuk secara sempurna. Pola ini didapat dari hasil interaksi budaya dan interaksi dengan lingkungannya.
Hal senada juga disampaikan oleh Psikolog Amerika, Burrhus Frederic Skinner. Ia berpendapat setiap manusia bergerak itu karena mendapatkan rangsangan dari lingkungannya. Maka sistem tersebut dinamakan ‘cara kerja yang menentukan’. Ia menyampaikan, “Segala penyakit moral seperti sifat egois, labil, tidak percaya diri, acuh tak acuh, munafik, dan riya awalnya tumbuh dan berkembang di dalam rumah. Penyakit-penyakit itu akan sangat sulit diobati oleh sekolah atau pun masyarakat.”
2] Pondasi awal dalam pembentukan konsentrasi dan minat mencari ilmu
Pondasi awal minat mencari ilmu |
Pentingnya mengoptimalkan fase di usia dini, khususnya tumbuh dan kembang anak juga diungkapkan oleh Maria Montessori. Beliau adalah dokter anak dari Italia yang secara khusus meneliti perkembangan anak. Ia mengatakan, periode yang yang paling penting dalam kehidupan seseorang, bukanlah di saat dia mengenyam atau menghabiskan waktu pendidikannya di sekolah, tetapi justru pendidikan yang ia dapatkan di awal-awal kehidupannya, yaitu dari masa ketika ia dilahirkan hingga ia berusia 6 tahun.
Dari pendapat para psikolog tersebut, kita dapat menyimpulkan bahwasannya, nilai moral dan sosial yang terbentuk di dalam rumah, pada fase usia dini, akan menjadi karakter anak seumur hidup. Maka dari itu, mengoptimalkan fase di usia dini, khususnya tumbuh kembang anak sangatlah penting. Nah, apabila para orang tua mengetahui dan menyadari hal tersebut, akan banyak anak-anak yang tumbuh secara bahagia dan optimal tumbuh kembangnya.
Memang yang perlu dioptimalkan dalam fase usia dini, khususnya tumbuh dan kembang anak ini apa saja sih? Jika tadi kita menyimak dari atas, sudah sempat disinggung tentang 4 pendidikan Islam yang menjadi fondasi awal bagi pendidikan anak, yaitu pendidikan ruhiyah, pendidikan akal, pendidikan jiwa, dan pendidikan jasmani. Kemudian Yang Mahakuasa sudah memberikan fitrah dasar dalam diri setiap bayi yang lahir ke dunia. Terkait fitrah dasar ini juga terdapat dalam Alquran surah Al-Isra ayat 84, Allah berfirman, Katakanlah: “Tiap-tiap orang berbuat menurut keadaannya masing-masing.” Maka Tuhanmu lebih mengetahui siapa yang lebih benar jalannya.
Alquran surah Al-Isra ini menjelaskan kalau tiap-tiap orang itu beramal menurut bakat pembawaannya masing-masing. Di mana bakat atau kemampuan itu akan tumbuh didasarkan kepada ilmu pengetahuan, pengalaman hidup, dan interaksi individu itu sendiri dengan lingkungannya. Dari firman Allah itulah seorang ustadz dan pakar psikologi anak, Harry Santosa M. Si, dalam bukunya ‘Fitrah Based Education’ menyimpulkan, ada 7 fitrah yang sudah melekat dalam diri anak-anak begitu mereka lahir yaitu:
1. Fitrah Keimanan
2. Fitrah Belajar dan Bernalar
3. Fitrah Bakat dan Kepemimpinan
4. Fitrah Perkembangan
5. Fitrah Seksualitas dan Cinta
6. Fitrah Estetika dan Bahasa
7. Fitrah Individualitas dan Sosialitas
Ketujuh fitrah dasar anak itulah yang sebaiknya dapat dioptimalkan oleh para orang tua. Apabila ketujuh fitrah itu dapat tumbuh dan berkembang secara optimal, maka akan menghasilkan seorang individu atau manusia yang baik, sehat, dan beradab. Pertanyaan yang timbul kemudian adalah apakah fitrah yang tertanam pada anak-anak bisa berkembang dengan sendirinya?
3] Investasi sepanjang hayat
Investasi sepanjang hayat |
Ani Christina, seorang psikolog yang menangani khusus permasalahan anak dan remaja dalam bukunya ‘Tuntas Motorik Investasi Sepanjang Hayat’ menerangkan, kalau hal tersebut tidak selalu terjadi. Sebab proses tumbuh dan kembang anak-anak di zaman sekarang ini membutuhkan stimulus-stimulus tertentu agar setiap sistem-sistem dalam tubuh anak bisa terbangun secara maksimal. Oleh karena itu, ketuntasan atau ketidaktuntasan sensorik motorik anak di waktu kecil, akan dibawa sebagai ciri tubuh hingga dewasa dan menjadi investasi sepanjang hayat atau hidupnya. Memang ada hubungannya menstimulus sistem sensorik dan motorik anak dengan membangun fitrah anak?
Ada seorang bayi berusia 9 bulan. Agar bayi tersebut mau mendekat dan dia mengambil sebuah mainan dari kita, apa yang harus kita lakukan? Yang pertama kita lakukan adalah berusaha menarik perhatian bayi pada mainan yang akan kita berikan. Kedua, menyemangati bayi tersebut agar datang ke arah kita mengambil mainannya. Ketiga, jika si bayi berhasil mengambil mainan, maka kita pun bisa mengelus, menggendong, dan memberikan apresiasi positif karena dia sukses meraih mainannya.
Ternyata dari stimulus sederhana tersebut, ada 2 fitrah anak yang bisa dibangun yaitu fitrah belajar dan bernalar, serta fitrah perkembangan. Tanpa sadar bayi berusia 9 bulan tersebut sudah terstimulus sistem sensorik dan motoriknya, sehingga ada fitrah yang tumbuh dan berkembang. Semakin banyak sistem-sistem yang terstimulus di otak bayi, maka begitu juga dengan fitrahnya yang akan terus bertumbuh.
Dari proses sederhana itulah, orang tua diharapkan bisa mengoptimalkan tumbuh kembang anak. Karena setiap ilmu pengetahuan, pengalaman hidup, dan interaksi anak dengan lingkunganlah yang akan membangun kemampuan fitrahnya. Nah, kapan waktu yang tepat untuk proses menstimulus sistem-sistem ini? Jika menarik kesimpulan penjelasan para ahli, waktu yang tepat dalam menstimulus sistem-sistem tersebut sebaiknya sedini mungkin atau dimulai sejak dini.
Itulah 3 alasan, mengapa mengoptimalkan fase usia dini itu menjadi penting. Yuk, kita mulai mencari tahu bagaimana caranya agar fase usia dini ini bisa optimal. Jangan bosan untuk tetap berkunjung ke blog sederhana ini, ya. Kemudian, bisa juga berkunjung ke blog saya yang satu lagi, yaitu talitha-rahma.
Betul sekali Mbak. Sy mengalaminya sendiri. Sulung krn sejak dini telah diajarkan karakter yg sesuai dg aturan alhamdulillah sampai saat ini usia 11 tahun msh terus dijalaninya, bahkan mengarahkan teman temannya utk melakukan hal tersebut.
BalasHapusMasyaAllah, barakallah mba untuk anak sulungnya. Salut. Sudah berani mengajak ke kebaikan di usia belia itu luar biasa 🥰
HapusTulisannya keren Mbak. Coba waktu itu dimasukkan ke event Nubar Sumatera ya Mbak, ada tema yg sesuai. Hehe
BalasHapusWah, iyakah? Hehehe. InsyaAllah mbak. Kalau ada yang pas di hati mau coba event seberang 🥰
Hapus